ABSTRAK
Penggunaan
kendaraan bermotor semakin bertambah
dengan pesat, begitu pula emisi gas buang yang dihasilkan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar
emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Salah satu inovasi yang dapat
diambil adalah penambahan zat aditif dengan premium. Untuk melihat pengaruh campuran premium
dengan variasi penambahan zat aditif
terhadap emisi gas buang yang dihasilkan dilakukan pengujian empat jenis bahan
bakar yaitu premium tanpa zat aditif, campuran premium dengan zat aditif 5 ml,
7 ml dan 9 ml.
Pengujian
dilakukan pada motor Yamaha Vega. Hasil pengujian menunjukan bahwa penambahan
zat aditif menurunkan kadar emisi gas buang
CO sebesar 1.402 %, kadar HC sebesar
32.8 ppm, dan mengalami peningkatan
kadar CO2 sebesar 0.333 %,
kadar O2 sebesar 1.407 % dari
kadar rata – rata emisi gas buang yang menggunakan premium
tanpa zat aditif, menggunakan campuran premium dengan zat aditif 5 ml,7 ml dan
9 ml. Disini diperoleh penurunan dan
peningkatan kadar emisi gas buang yang paling baik pada penggunaan campuran
premium dengan zat aditif 9 ml untuk penurunan kadar CO, HC dan peningkatan
kadar O2, serta peningkatan kadar CO2 pada penggunaan campuran premium dengan
zat aditif 7 ml.
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Polusi
udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah
dipublikasikan, termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah
berapa ribu warga kota yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara kota. Meskipun
sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di Indonesia tidak biru
lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh jelaga dan gas-gas yang berbahaya bagi
kesehatan manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan
hanya infeksi saluran pernapasan akut yang kini menempati urutan pertama dalam
pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga meningkatnya jumlah
penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Di
kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi
udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap
industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran
lain,misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll.
Semuanya diemisikan oleh kendaraan bermotor. WHO memperkirakan bahwa 70%
penduduk kota di dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan
bermotor, sedagkan 10% sisanya menghirup udara yang bersifat marginal.
Akibatnya fatal bagi bayi dan anak-anak. Orang dewasa yang beresiko tinggi,
misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang telah memiliki riwayat
penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Celakanya, para penderita maupun
keluarganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif tersebut berasal dari
polusi udara akibat emisi kendaraan bermotor yang semakin memprihatinkan.
1.
Tujuan
1 Mengetahui dampak polusi udara bagi
kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi.
2.
Menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
Uraian diatas maka dalam karya ilmiah ini akan diangkat permasalahan:
1.
Apa sajakah dampak emisi gas buang bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di
bumi?
2.
Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi emisi gas buang?
2.
LANDASAN PUSTAKA
1. Klasifikasi emisi gas buang
Asap
yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya mencemari udara di
langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota metropolis ini. Makanya,
Pemda DKI lantas mengumumkan Program Langit Biru. Suatu kerangka kerja berisi
ajakan kepada pengguna kendaraan bermesin untuk secara rutin memeriksakan
tingkat emisi gas buang dari kendaraannya dan menggunakan bahan bakar yang
ramah lingkungan alias berkadar timbal rendah. Sebegitu runyamkah urusan gas
buang ini sampai-sampai harus dibuat regulasi baru? Jawabnya tentu saja ya.
Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi kimia atmosfir
secara signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di bumi.
Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal mesin mengandung
CO2, NOx, SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel berat lainnya. Gas buang
ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi kimia yang lambat laun
berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi. Perubahan ini menimbulkan
efek rumah kaca (green house effect)
yang menyebabkan temperatur udara meningkat. NOx, CO dan hidro karbon dari
cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon
paling bawah (ground level ozon) yang
membahayakan kesehatan manusia dan tumbuh-tumbuhan di bumi. Pengukuran satelit
terhadap kandungan NO2 dari Global Ozone
Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument Scanning Imaging Absorption Spectro Meter
for Atmospheric Cartography (SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT
di atas Laut Merah dan Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini.
2. Penyebab emisi gas buang
Secara
langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%. Tidak semua gas
beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu terus meningkat baik
pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara maupun lokal untuk
suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya penggunaan energi dari
bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan kebakaran hutan, serta peningkatan
kegiatan antropogenik.
Walaupun emisi CO2 dikatakan besar,
tetapi sampai saat ini belum terdapat alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini.
Kalaupun ada baru terbatas pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang
terdapat di Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat
ini baik di tepi jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi
konsentrasi dari CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun
satuannya.
Pemanasan
global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di seluruh
permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer yang
disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek Rumah Kaca ialah fenomena menghangatnya
bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan bumi dipantulkan kembali ke
angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari gas-gas CO2 (karbon
dioksida), CH4 (metana), N2O (nitrogen dioksida), PFCS (perfluorokarbon), HFCS
(hidrofluorokarbon), dan SF6(sulfurheksafluorida). Hubungan Perubahan Iklim, Efek
Rumah Kaca, dan Pemanasan Global adalah Efek Rumah Kaca menyebabkan terjadinya
Pemanasan Global yang dapat menyebabkan Perubahan Iklim. Hubungan di antara
ketiganya adalah hubungan sebab-akibat.
Pemanasan
global dan perubahan iklim saat ini menjadi hal terhangat yang paling banyak
dibicarakan oleh masyarakat dunia. Bahkan telah dilakukan konferensi rutin
tentang perubahan iklim yang diikuti oleh negara-negara di seluruh dunia. Di
dalam konferensi tersebut membahas mengenai penyebab dan cara untuk mengatasi
maupun mengurangi perubahan iklimyang terjadi di bumi kita ini.
3. Dampak emisi gas buang
Sistem
transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam mendukung
dinamika kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu meningkat dari waktu ke
waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap kendaraan
yang beroperasi memberikan kontribusi
2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi
kepadatan lalu lintas akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang
diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan
kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat (Mursid
R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007).
Terjadinya
kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas karbonmonoksida (CO) karena
terjadi pembakaran yang tidak sempurna, hingga hampir 6 kali bila lalu lintas
tidak mengalami kemacetan. Paparan tersebut yang memberikan beban kepada
masyarakat di sekitar jalan, baik pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun
pekerja di pinggir jalan, karena mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap
harinya. Gangguan sesak napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga
penurunan tingkat kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar
terhadap tubuh manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah
mereka yang memiliki aktivitas tinggi di
sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi, pemukim di sekitar jalan, dan
sopir). Kelompok masyarakat tersebut memiliki kerentanan tinggi dari paparan
gas karbon monoksida (CO).
4. Solusi emisi gas buang
Pelestarian lingkungan hidup menjadi perhatian
utama negara-negara di dunia saat ini. Isu lingkungan hidup dan pemanasan
global memang menjadi fokus perhatian di banyak negara. Pasalnya emisi gas
buang kendaraan bermotor menghasilkan beberapa jenis zat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia, seperti karbon monoksida (CO), oksida sulfur (SOx) dan
oksida nitrogen (Nox). Peraturan yang lebih ketat akan emisi gas buang
kendaraan pun diluncurkan guna menciptakan dunia yang sehat. Kementerian
Lingkungan Hidup Republik Indonesia telah mengeluarkan beberapa regulasi dalam
hal ini keputusan menteri yang berkaitan tentang baku mutu emisi di tanah air.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993
tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor, kandungan CO pada
mobil ditentukan maksimum 4,5 persen dan 3.000 ppm untuk HC (hidrokarbon) Pada
prinsipnya, setiap pembakaran kendaraan akan menghasilkan CO2 (sebagai sampah)
dan O2 terpakai (sebagai pembakar). Dalam pembakaran yang sempurna, CO2 harus
tinggi dan O2 rendah. CO2 merupakan indikasi dari tingkat efisiensi pembakaran
mesin bensin. Pada mesin mobil generasi lama, pencampuran bahan bakar dengan
udara diproses oleh karburator. Kelemahan mesin kendaraan karburator, akurasi
campuran (bahan bakar dan udara) umumnya rendah karena kondisi permukaan bahan
bakar dalam float chamber carburator
mempengaruhi rasio campurannya. Sementara pada mesin kendaraan modern sudah
menggunakan sistem injeksi, yaitu menggunakan manajemen EFI (electronic fuel injection) atau
ECI-Multi (multi-point fuel injection).
ECI-Multi atau EFI bekerja secara computerized dalam mengatur campuran bahan
bakar dengan udara atas informasi dari beberapa sensor, mengatur saat
pembakaran (ignition timing) dan
tepat di setiap RPM (putaran mesin per menit).
Kendaraan
yang menggunakan mesin EFI juga mampu mengoreksi emisi gas buang dengan
perangkat EGR (exhaust gas recyrculating).
Selain penemuan terbaru pada sistem pembakaran, saat ini pula dikembangkan
sarana transportasi mobil hibrida yang hemat energi. Lahirnya konsep mobil
hibrida bertujuan untuk mengendalikan laju penggunaan bahan bakar minyak (BBM)
yang menghasilkan gas CO2. Gas buangan hasil pembakaran kendaraan bermotor memberikan
kontribusi 20% dari total gas buangan pemakai energi fosil. Kondisi ini
memberikan pengaruh terhadap kerusakan lingkungan. Teknologi mobil hibrida ini
sangat diharapkan karena memiliki efek berkurangnya emisi CO2 ke lingkungan.
Teknologi hibrida ini sebagaimana namanya, adalah sebuah teknologi yang
mencangkok atau menggabungkan dua sumber energi mobil dari BBM dan listrik yang
dihasilkan dari motor elektrik. Selain itu tidak menutup kemungkinan teknologi
ini adalah gabungan penggunaan energi baterei dan energi dari motor elektrik
atau antara energi lainnya. Kombinasi sumber energi untuk teknologi hibrida
akan mewarnai teknologi eco-car di masa datang.
3. DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Sumber dan Standar
Kesehatan Emisi Gas Buang
Pencemar
|
Sumber
|
Keterangan
|
Karbon monoksida (CO)
|
Buangan kendaraan bermotor; beberapa
proses industri
|
Standar kesehatan: 10 mg/m3 (9 ppm)
|
Sulfur dioksida (S02)
|
Panas dan fasilitas pembangkit listrik
|
Standar kesehatan: 80 ug/m3 (0.03 ppm)
|
Partikulat Matter
|
Buangan kendaraan bermotor; beberapa
proses industri
|
Standar kesehatan: 50 ug/m3 selama 1
tahun; 150 ug/m3
|
Nitrogen dioksida (N02)
|
Buangan kendaraan bermotor; panas dan
fasilitas
|
Standar kesehatan: 100 pg/m3 (0.05
ppm) selama 1 jam
|
Ozon
(03)
|
Terbentuk di atmosfir
|
Standar kesehatan: 235 ug/m3 (0.12
ppm) selama 1 jam
|
Tabel 1
memperlihatkan sumber emisi dan standar kesehatan yang ditetapkan oleh
pemerintah melalui keputusan Bapedal. BPLHD Propinsi DKI Jakarta pun mencatat
bahwa adanya penurunan yang signifikan jumlah hari dalam kategori baik untuk
dihirup dari tahun ke tahun sangat mengkhawatirkan. Dimana pada tahun 2000
kategori udara yang baik sekitar 32% (117 hari dalam satu tahun) dan di tahun
2003 turun menjadi hanya 6.85% (25 hari dalam satu tahun). Hal ini menandakan
Indonesia sudah seharusnya memperketat peraturan tentang pengurangan emisi baik
sektor industri maupun sektor transportasi darat/laut. Selain itu tentunya
penemuan-penemuan teknologi baru pengurangan emisi dilanjutkan dengan pengaplikasiannya
di masyarakat menjadi suatu prioritas utama bagi pengendalian polusi udara di
Indonesia.
4.
PEMBAHASAN / ANALISIS
Di
Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat
menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbal/timah
hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Kendaraan
bermotor menyumbang hampir 100% timbal, 13-44% suspended particulate matter (SPM), 71-89% hidrokarbon, 34-73% NOx,
dan hampir seluruh karbon monoksida (CO) ke udara Jakarta. Sumber utama debu berasal dari pembakaran
sampah rumah tangga, di mana mencakup 41% dari sumber debu di Jakarta. Sektor
industri merupakan sumber utama dari sulfur dioksida. Di tempat-tempat padat di
Jakarta konsentrasi timbal bisa 100 kali dari ambang batas.
Asap
kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai perkotaan.
Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta disebabkan karena
benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan bakar solar terutama
berasal dari Metromini. Formasi CO merupakan fungsi dari rasio kebutuhan udara
dan bahan bakar dalam proses pembakaran di dalam ruang bakar mesin diesel.
Percampuran yang baik antara udara dan bahan bakar terutama yang terjadi pada
mesin-mesin yang menggunakan Turbocharge merupakan salah satu strategi untuk
meminimalkan emisi CO. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan
dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi
serta kerusakan otak. Karena itu strategi penurunan kadar karbon monoksida akan
tergantung pada pengendalian emisi seperti pengggunaan bahan katalis yang
mengubah bahan karbon monoksida menjadi karbon dioksida dan penggunaan bahan
bakar terbarukan yang rendah polusi bagi kendaraan bermotor.
Setiap
kendaraan akan menghasilkan gas sisa pembakaran sesuai dengan cara
pengoperasian mesin. Pada kondisi kendaraan hidup stasioner memberikan emisi
lebih besar dibandingkan dengan kendaraan berjalan. Secara umum, reaksi
pembakaran bahan bakar fosil secara
sempurna pada proses kendaraan bermotor.
Pada
saat proses pembakaran tidak sempurna maka tidak seluruh hidrokarbon
teroksidasi, sehingga masih menyisakan hidrokarbon (HC) dan gas karbonmonoksida
(CO) dengan proporsi lebih besar.Pada kasus mobil Esemka, tingginya emisi gas
hidrokarbon (HC) dan karbonmonoksida (CO) kemungkinan disebabkan sistem pada mesin
belum mampu melakukan pembakaran secara sempurna, sehingga menghasil gas CO dan
HC melebihi baku mutu. Karbonmonoksida (CO) memberikan dampak lebih dominan
dibandingkan dengan hidrokarbon (HC) maupun NOx.
Pengaruh
Tingginya karbon monoksida dari
hasil uji emisi mobil Esemka, lebih memberikan dampak membahayakan dibandingkan
dengan hidrokarbon (HC). Hidrokarbon (HC) yang merupakan bahan bakar utama
kendaraan bermotor tidak semua teroksidasi secara sempurna. Indikasi tingginya
HC pada emisi mobil Esemka menunjukkan bahwa mesin belum memiliki kemampuan
optimal dalam mengubah bahan bakar manjadi energy dan manyisakan emisi.
Di
antara senyawa- senyawa yang terkandung di dalam gas kendaraan bermotor yang
dapat menimbulkan pengaruh sistemik, yang paling penting adalah karbon
monoksida dan timbal. Pengaruh langsung dari kedua zat di atas terhadap
kehidupan manusia dan bentuk kehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari
pengaruh yang berat (mematikan) sampai pengaruh yang ringan (menimbulkan
perasaan jengkel). Adanya zat pencemar di udara mempunyai kecenderungan untuk
menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit kanker paru-paru,
emphysema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa.
Gas
CO tidak berbau, tidak berasa, sehingga kehadiranya tidak dapat dirasakan
secara kasat mata. Justru sifat ini yang sangat berbahaya karena manusia yang
terpapar tidak merasakan, akan tetapi akan terkena dampak secara mematikan.
Senyawa CO sangat mudah berkaitan dengan hemoglobin (Hb), bila dibandingkan
dengan daya ikat oksigen dengan Hb, maka daya ikat CO adalah240 kali daya ikat
oksigen.
Fungsi
oksigen untuk jaringan tubuh adalah untuk pelengkap proses pembakaran yang
menghasilkan tenaga. Menurunnya kemampuan darah mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh menyebabnya turunnya tenaga yang dihasilkan
oleh metabolisme sel-sel (pertukaran zatantar sel).
Karena
tidak berbau, maka pengguna tidak menyadari bila ada ancaman gas CO.
keterlambatan menghindar dari paparan CO menyebabkan oksigen dalam darah
tergantikan kendudukannya oleh CO. bila konsentrasi hingga sekitar 80 ppm, maka
ancaman kematian akan besar. Mari renungkan bersama.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa asap kendaraan bermotor memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kesehatan masyarakat. Namun, pengaruh dari pencemaran/polusi udara
khususnya akibat kendaraan bermotor tidak sepenuhnya dapat dibuktikan karena
sulit dipahami dan bersifat kumulatif.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut :
1.
Pemerintah hendaknya lebih serius memperhatikan tentang pengendalian pencemaran
udara terutama dengan lebih intensif melakukan pemeriksaan gas buang (uji
emisi) kendaraan bermotor baik untuk roda dua maupun roda empat (pribadi maupun
dinas) dan mensosialisasikan pentingnya perawatan kendaraan bermotor.
2.
Pemerintah sebaiknya menetapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang
pernah dilaksanakan di Jakarta dimana seluruh lapisan masyarakat tanpa
terkecuali hanya diperbolehkan menggunakan sepeda.
3.
Masyarakat hendaknya memiliki prinsip hemat dalam mengonsumsi kendaraan
bermotor dengan mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menggunakan kendaraan
umum.
4.
Kepada semua masyarakat yang berkompeten agar menciptakan bahan bakar
alternatif yang lebih ramah lingkungan seperti CNG (Compressed Natural Gas), LPG, dan minyak nabati
DAFTAR PUSTAKA